OKU Timur, Sorotkamera.com
Terkait jebolnya saluran irigasi komering yang berada di BK 19 , hingga berdampak pada sawah para petani yang ada di tiga kecamatan, yaitu Belitang II, Semendawai Suku III dan Semendawai Timur, saat ini mengalami kesulitan air terutama untuk mengaliri persawahan mereka, Dinas pertanian OKU Timur telah melakukan koordinasi dengan OP Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera (BBWSS) VIII, semua di jelaskan kadin pertanian OKU Timur Junadi, S.P, M.M senin (15/07/24).
Dikatakannya, Bahwa pemeliharaan irigasi subsekunder tersebut adalah kewenangan dari pihak balai besar wilayah sungai sumsel VIII.
“Saat ini kita telah berkoordinasi dengan OP balai besar wilayah sungai sumsel VIII, dan menurut mereka, proses perbaikan saluran irigasi yang jebol tersebut saat ini dalam proses pelelangan, bahkan saat ini sudah ada perbaikan tanggul-tanggul kecil yang jebol oleh pihak PU pengairan besar, ungkap kadin.
“Untuk mengatasi upaya tersebut, saat ini pihak kita (Red.Dinas Pertanian) telah melakukan upaya berbagai langkah diantaranya Pembagian Pompa Air dan pembuatan sumur bor di wilayah yang terdampak, ujarnya.
Sementara kata kadin junadi, “terkait penanganan darurat untuk mengatasi jebolnya saluran irigasi juga sudah beberapa kali dilakukan, namun semua tidak bertahan lama, sehingga menunggu proses rehab secara permanen dari BBWSS VIII, pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya,
para petani di wilayah Kecamatan Belitang II, Semendawai Suku III dan Semendawai Timur saat ini kesulitan mendapatkan air, terutama untuk mengaliri area persawahan, karena adanya perbaikan irigasi yang jebol di BK 19.
Jadi air sama sekali tidak mengalir dari mulai BK 18 hingga ke hilir, tentu hal ini menyulitkan petani, terlebih saat ini jarang hujan sehingga kalau petani tidak membuat sumur bor di khawatirkan akan gagal panen.
“Petani mengharapkan kepada pemerintah daerah agar memberikan solusi bagi petani, seperti pembuatan sumur bor dan bantuan alat mesin sedot,” terang Dayat salah satu Petani di Kecamatan Belitang II.
Karena takut gagal panen, saat ini banyak petani yang membuat sumur bos secara mandiri, meski air yang di hasilkan kurang maksimal.
“Sampai saat ini pemerintah daerah belum melakukan tindakan apa-apa terkait masalah yang di alami petani yang kesulitan mengaliri area persawahan,” terangnya.
Hampir 5 hari sekali petani melakukan penyedotan sumur bor, karena kalau tidak tanaman padi akan mulai layu dan menguning.
“Kita takut gagal panen pak kalau tidak nyedot air, meski harus keluar biaya tambahan,” jelasnya.
Terlebih perbaikan irigasi di BK 19 berdasarkan informasi yang diperoleh memakan waktu yang cukup lama.
Tentu hal ini perlu di sikapi oleh pemerintah daerah, gimana hasil panen mau banyak kalau petani kesulitan air.
Sementara Aliman warga Semendawai Suku III mengatakan, untuk di wilayahnya yang mengalami kesulitan air di antaranya Desa Sukamulya, Taraman, Taraman Jaya.
Sementara untuk Kecamatan Semendawai Timur dan Belitang II hampir mayoritas semuanya kesulitan air.
“Kita terpaksa membuat sumur bor secara manual pak, itupun air yang keluar tidak maksimal,” pungkanya.(kyai)